-i love you-

Rabu, 21 November 2018

Remaja di Masa Puber



Isu dan Permasalahan Perkembangan Remaja SMA


ISU DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN REMAJA SMA
  1. PENGERTIAN  MASA REMAJA
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998).
Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Sedangkan menurut Paget (1211) dengan mengatakan : “Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak…..Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber….Termasuk juga perubahan intelektual yang mecolok….Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.
Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.
  1. DIMENSI – DIMENSI MASA REMAJA
Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi – dimensi tersebut. Adapun beberapa dimensi yang menjadi tolak ukur pada masa remaja, yaitu:
  1. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dan lain – lain. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.  Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
  1. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
  1. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah – masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya.
            Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
  1. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata.
Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang
lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
 Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan–kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini.
 Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas sosial yang berganti–ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).
Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam–macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

  • ISU DAN PERMASALAHAN PADA REMAJA SMA
Proses perkembangan perilaku dan pribadi individu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi laju proses pekembangan tersebut. Perkembangan masa remaja bergantung atas variasi salah satu atau beberapa ketiga faktor tersebut. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik, misalnya perkembangan ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional dapat membuat ekses psikologis, perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejala-gejala emosional, dan matangnya organ-organ reproduksi.
  2. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, misalnya terjadi ketidakselarasan antara keinginan atau minat seseorang dengan bakat khusus, sering membawa kesulitan dalam memilih program, sehingga banyak kegagalan studi yang mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat.
  3. Masalah yang timbul bertalian dengan pekembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan, misalnya keterikatan hidup dengan gang yang tidak terbimbing mudah menimbulkan kenakalan remaja, konflik dengan orang tua, dan melakukan perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat dan agama.
  4. Masalah yang timbul bertalian dengan perilaku afektif, konatif dan kepribadian, misalnya mudah digerakan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya meskipun ia tidak tahu maksudnya, ketidakmampuan menegakan kata hatinya membawa akibat sukar terintegrasi dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya.
Ada beberapa isu dan permasalahan yang penulis jelaskan dalam makalah ini, khususnya permasalahan yang terjadi di usia remaja ( SMA ). Banyak sekali isu dan permasalahan yang terjadi pada anak di usia remaja ini, yang apabila dibiarkan terus–menerus permasalahan tersebut dapat mengancam kehidupan remaja di masa depan.
Berikut ini adalah beberapa isu dan permasalahan remaja yang terjadi di lingkungan sekitar kita, yaitu:
  1. 1.      Merokok
Di masa modern saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sudah tidak asing lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya.  Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisap dan penghirupnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok diantaranya, yaitu:
  1. Mendapat pengakuan (anticipatory beliefs),
  2. Untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan
  3. menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitatif) (Joewana, 2004).
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan lagi bahwa penyebab seorang remaja menjadi perokok  dapat dipengaruhi oleh keinginan dari diri pribadinya sendiri tetapi dapat  juga di pengaruhi oleh faktor – faktor luar, yaitu:
  1. Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
  1.  Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman – teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
  1. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
  1.  Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
  1.  Penyimpangan Seks
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama. “Banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji, benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah, karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagaim individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
  1. Remaja dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai
narkoba, dan melalui transfusi darah.
FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
  1.  Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain. Sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
  2.  Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
  3.  Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
  4.  Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
  5. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
  6. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
  7. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
  1. Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sangatlah banyak, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun. Narkoba ( Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
  1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
  2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat, seperti alkohol.
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.
  1. AKIBAT DARI ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA SMA
  2. Merokok
Merokok merupakan hal yang biasa bagi sebagian besar remaja khususnya siswa SMA, mereka seolah mengabaikan semua dampak yang akan ditimbulkan oleh aktivitas berbahaya tersebut. Aktivitas tersebut tidak saja membahayakan untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang-orang di sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa efek samping dari merokok untuk orang lain:
  1. Menggangu kenyamanan dan kesehatan orang lain, karena menurut sebuah survey mengatakan bahwa perokok pasif jauh lebih berbahaya akibatnya ketimbang perokok aktif;
  2. Merusak lingkungan, karena asapnya menyebabkan menumpuknya karbonmonoksida di udara yang kita hirup sehari-hari;
  3. Mengotori dan merusak fasilitas-fasilitas umum, karena biasanya para perokok tak menghiraukan adanya tempat khusus yang telah disediakan dan biasanya mereka membuang puntung rokok yang telah dihisap secara sembarangan.
  4. Dapat menghancurkan hutan, ini biasanya terjadi di hutan-hutan kering ketika musim kemarau karena biasanya siswa-siswa SMA dengan seenaknya saja membuang bekas puntung rokoknya ke semak-semak dekat jalan sehingga menyebabkan kebakaran hutan.
Berikut adalah beberapa penyakit dan gangguan kesehatan pada organ tubuh yang disebabkan oleh kebiasaan merokok:
  1. Kanker: Paru-paru (lung cancer), Oral cavity, Pharynx, Larynx, Oesophagus (squamous cell carcinoma), Oesophagus (adenocarcinoma), Pancreas, Urinary bladder, Renal pelvis, Kidney (renal cell carcinoma), Stomach, Uterine cervix, Granulocytic cells of bone marrow (myeoloid leukaemia), Nasal cavities, Nasal sinuses, dan Liver.
  2. Sistem Pernafasan: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), Acute respiratory illnesses including pneumonia, Premature onset of and an accelerated decline in lung function, All major respiratory symptoms in adults, including coughing, phlegm, wheezing & dyspnoea, Poor asthma control.
  3. c.       Sistem Kardiovaskular: Coronary heart disease (CHD), Cerebrovascula disease, Aortic aneurysm, Peripheral arteria.
  4. d.      Penyakit Lainnya: Gastric ulcer, Cataract, Periodontitis, Duodenal ulcer, Adverse surgical outcomes related to wound healing and respiratory complications, Hip fracture, Reduced fertility in females, Crohn’s disease. Age-related macular degeneration, Tobacco amblyopia, Osteoporosis.
  5. e.       Gangguan Pernafasan khusus pada Bayi/Anak yang Ibunya Merokok: Impaired lung growth, Early-onset of lung function decline, Respiratory symptoms including coughing, phlegm, wheezing dyspnoea, Asthma-related symptoms (wheezing).
  6. f.        Sistem Reproduksi Wanita:  Pregnancy complications, Preterm delivery and shortened gestation, Foetal growth restrictions and low birth weight, Sudden infant death syndrome (SIDS).

  1. Penyimpangan Seks
Pergaulan yang begitu bebas saat ini memang menjadi masalah bagi remaja saat ini, saat ini pacaran dianggap lumrah, video porno dianggap tontonan wajar dan berhubungan seksual menjadi hal yang biasa saja. Sebagian remaja yang menganggap hal itu biasa tidak mempedulikan apa yang akan diakibatkan dari hal yang mereka lakukan itu akan berakibat fatal di masa depan, berikut beberapa hal yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan diatas:
  1. Pacaran menjadikan kebiasaan mereka bermesraan di depan umum (melanggar norma-norma yang ada);
  2. Kecanduan dengan video porno, sehingga banyak hal-hal negatif yang terjadi dari hal tersebut (diantaranya terjadinya pemerkosaan);
  3. Hubungan seksual pra-nikah banyak sekali dampak negatifnya, diantaranya adalah terjangkitnya penyakit kelamin, HIV/AIDS, kerusakan pada alat kelaminnya yang secara biologis belum matang, kehamilan (ini yang paling ditakutkan oleh semua pihak, karena kalau wanita yang melakukan hubungan pra-nikah tersebut hamil maka selain akan di cemooh oleh masyarakat, juga akan terjadi praktek aborsi illegal yang membahayakan bagi sang Ibu dan bayinya).
  4. Remaja dan HIV/AIDS
Banyak remaja sekarang meremehkan penyakit yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas tanpa kontrol seperti merokok, meminum minuman keras, menonton video porno, memakai narkoba dan melakukan hubungan seksual pra-nikah. Padahal dari merokok itu bisa berlanjut untuk mencoba minum-minuman keras, kemudian memakai narkoba, lalu menonton video porno dan akhirnya melakukan hubungan seksual pra-nikah.
Mereka berdalih bahwa itu semua sudah biasa dilakukan oleh remaja zaman sekarang, padahal itu bisa mengakibatkan virus yang sampai saat ini belum ditemukan penawarnya yaitu HIV/AIDS yang bisa ditularkan dari jarum suntik (dari narkoba yang terkontaminasi pengidap HIV/AIDS) dan hubungan seksual dan kebanyakan itu yang dilakukan sebelum resmi menjadi suamu-istri (pra-nikah).
  1. Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras
Beberapa akibat penggunaan obat-obat terlarang seperti Narkoba dan zat adiktif lainnya serta meminum minuman keras, diantaranya :
  1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh  sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisamembuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular sekarang adalah Putaw.
  2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
  3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran.
  4. Banyak tindak kriminal yang disebabkan oleh orang yang mengkonsumsi zat-zat tersebut serta meminum minuman keras.
  1. MENANGGULANGI ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA
Selain keempat masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dan lain – lain.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
  1. Peran Orangtua :
    1. Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
    2. Membekali anak dengan dasar moral dan pendidikan agama sejak dini
    3. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
    4. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
    5. Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
    6. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
    7. Hindarkan anak dari NAPZA dan pergaulan bebas tetapi jangan terlalu mengekang si anak.
  2. Peran Guru :
    1. Menjadi guru yang bisa bersahabat dengan siswa;
    2. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman untuk siswa belajar;
    3. Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler, seperti Paskibra, PMR, maupun ekstrakurikuler olahraga dan kesenian;
    4. Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga;
    5. Meningkatkan peranan, pelayanan dan pemberdayaan guru BP;
    6. Meningkatkan disiplin sekolah dan sanksi yang tegas serta mendidik;
    7. Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain;
    8. Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat dan mewaspadai adanya provokator;
    9. Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah;
    10. Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial serta meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA.
  3. Peran Pemerintah dan masyarakat :
    1. Menghidupkan dan memberdayakan  kembali kurikulum budi pekerti;
    2. Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga, bermain, dan kesenian serta keterampilan lainnya;
    3. Menegakkan hukum, sanksi dan disiplin yang tegas serta dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat khususnya para remaja;
    4. Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumanya secara tegas;
    5. Pemilihan lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.
  4. Peran Media :
    1. Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia);
    2. Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif);
    3. Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Untuk Kamu

Jangan lupa tersenyum!!

Jadwal Sholat


jadwal-sholat

Self Healing